Wednesday, October 08, 2014

Rumah

Rumah. Setiap orang pasti punya interpretasi yang berbeda saat menyebut kata rumah. Begitupun dengan saya. Bagi saya, rumah itu tidak sekedar tempat melepas lelah tapi juga tempat belajar. Makanya, banyak tempat yang sering saya sebut sebagai rumah, dan tentu saja selain rumah saya :D
Waktu SMA, tempat nongkrong favorit di sekolah adalah Musholla. Kenapa? Karena di sana saya berkumpul dengan teman-teman seperjuangan di Rohis dan bisa mendiskusikan banyak hal selain rapat, tentu saja :D Selain rumah ortu, saya punya rumah lain. Tempat yang saya anggap rumah kedua saya waktu itu. Yap, rumah musyrifah (ustadzah) saya. Karena sering sekali halqah di sana, jadi seperti rumah sendiri. Datang, disuruh masuk langsung ngibrit ke dapur. Nyari makan :D Tapi emang dulu itu udah kayak anaknya musyrifah, sampe suami beliau kita panggil Abi saking udah akrab. Ya, saya dulu gak sendirian, tapi bareng 3 sahabat seperjuangan yang lainnya. Ada Fitri, Mala sama Iva. Rumah beliau selalu jadi tempat yang nyaman bagi saya karena di sana saya tidak sekedar melepas lelah, tapi juga berdiskusi banyak hal dengan musyrifah dan teman-teman halqah.
Pas kuliah, saya merantau. Dan di sinilah saya memiliki lebih banyak rumah. Ya, karena saya pindah-pindah dari satu rumah binaan ke rumah binaan lainnya. Selain rumah musyrifah tentu saja hehehe :D Rumah pertama saya di sini namanya Fastabiqul Khairaat. Singkatannya FK. Pertama kali denger saya malah itu Fakultas Kedokteran karena di kampus saya ada FK. Ternyata itu nama rumah binaan. Saya di sana selama satu tahun. Banyak hal yang saya pelajari di FK dan tentu saya banyak kenangan “nano-nano” selama saya di sana. Dari sana pula saya akhirnya menobatkan diri saya sebagai Cinderella Jam 9 karena peraturan rumah gak boleh pulang di atas jam 9 malam atau siap-siap camping di teras rumah. Seringkali karena kegiatan malam, misal halqah, kuliah atau rapat, saya akhirnya harus ngebut sampai rumah sampe ngos-ngosan. Dan akhirnya, tahun berikutnya saya pindah ke rumah binaan baru sampai sekarang. Dan FK pun berganti personil. Dulu waktu tahun saya ada mbak Dina, mbak Indah, Ajeng, Elok, Nurus, Inna, Zizah, dan beberapa personil lain yang akhirnya pindah. Sekarang di FK tinggal  mbak Dina sama Ajeng.
Oke, episode berpindah. Rumah saya yang sekarang sudah masuk 2,5 tahun bernama Khairunnisa 1453. Rumah yang personilnya paling sedikit karena serumah hanya 4 orang. Jadi, saya barengan sama 3 teman saya yang lain. Ada mbak Sari, Nurul dan Epit. Sebelumnya ada Lani dan Yepi. Tapi mereka sudah pindah dan digantikan sama Nurul dan Epit. Dulu, rumah ini sering jadi semacam tempat persinggahan teman-teman yang lain. Kadang sepiiii banget, kadang rameeee banget. Dan akhirnya balik lagi jadi sepi.
Kami berempat berbeda, meskipun saya, mbak Sari dan Epit dari pulau yang sama. Namanya juga manusia, karakternya pasti beda. Yang pertama ada mbak Sarimuna. Anak Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) angkatan 2012. Saya punya julukan buat mbak Sari, yaitu Kanjeng Mami karena mbak Sari itu sangat peduli dengan yang namanya kebersihan rumah. Semua dikomentari mulai dari A-Z dan saya selalu jadi orang yang paling sering diomelin. Mbak Sari juga kadang-kadang suka bercanda dan kalo lagi suntuk kerjaannya adalah ngebully orang yang ada di dekatnya. Siapa aja, gak terkecuali Nurul dan Epit yang juga kadang gak tau apa-apa sama sekali. Tapi, aslinya mbak Sari itu baik dan perhatian. Murah hati dan tidak sombong hehehe :D Tapi sekarang karena sibuk nge-lab jadinya di rumah Cuma lewat doang trus balik lagi ke lab.
Kedua, namanya Nurul Husni. Anak Fakultas Teknologi Pertanian angkatan 2012. Dia saya juluki Miss Wajak karena gayanya yang sangat feminin. Ngomong yang Cuma butuh hitungan detik diselesaikan dalam hitungan menit sama dia. Dia sering banget ngelupain sesuatu dan kerennya kalo tidur bisa dimana aja *saya gak bisa haha :D* Nurul adalah anak yang sangat ceria. Saya jarang banget lihat dia nangis padahal kehidupannya gak seindah kehidupan Putri Salju *apaan sih?* Beda banget sama saya *eh* Nurul itu sukanya konser dan kadang saya ikutan juga :D Sampai akhirnya kami dibilangin KN Band. Nurul suka bawa bahan makanan kalo pulang ke rumah. Biasa bawa singkong, ketan dan daun singkong kesukaan kami. Nurul juga yang paling jago masak dan favorit kami adalah makanan yang super asin. Meskipun kadang kena protes karena katanya orang-orang rumah ngebet nikah padahal sebenarnya karena kita semua doyan asin :D
Yang paling bontot namanya Novembrianti Handayani dan dipanggil Epit. Dia anak Program Kedokteran Hewan angkatan 2014. Saya belum punya julukan buat dia. Dan dia adalah roommate saya. Kami punya kebiasaan yang sama, yakni berantakin kamar. Semuanya ditaruh di atas kasur. Habisnya gak ada space buat naruh barang. Untung aja dia jarang komplen malah dianya suka minta maaf sama saya karena ngeberantakin kamar, padahal aslinya saya yang paling sering *parah banget. Mohon tidak ditiru. Setelah ini saya akan merapikan semuanya :D* Tapi, Epit itu anaknya rajin. Trus, hormat banget sama kakak-kakaknya yang yah gitu deh. Tiap hari dia kuliah jam setengah delapan trus dengan laporan praktikum seabrek tapi dia selalu punya alasan untuk tersenyum.
Ya, mereka semua adalah harta karun saya. Dari mereka saya belajar tentang persahabatan, kekeluargaan, rasa syukur dan masih banyak hal lainnya. Kita memang masih jauh dari sempurna. Tapi, jika kita bersama-sama memperbaiki diri, kita pasti akan menjadi tim yang solid dan tangguh. Minna, arigatou ne. Uhibbukum fillah <3

Shelter, October 8th 2014. 08:20 PM. Jelang Rehat.

Tuesday, September 02, 2014

Selamat Datang di Putaran ke-22


Hari ini mungkin saya hanya bisa sedikit mengutip hadits ini...
Rasulullah SAW. bersabda :
“Orang yang kuat (akalnya) adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya (atau mengevaluasi) dan melakukan amal perbuatan untuk apa yang ada setelah kematian, sedangkan orang yang lemah (akalnya) adalah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya (tidak pernah mengevaluasi diri) dan berspekulasi terhadap Allah”. (HR. At Tirmidzi)
***
Terlalu banyak yang ingin saya tuliskan, tapi tentu saja tidak di sini. Lebih baik saya simpan sendiri muhasabah untuk diri saya.

Terima kasih untuk semua orang yang telah berjasa dalam hidup saya. Ketiga orang tua saya, Mama, Bapak, Om. Gak lupa tante Eni yang dulu mengasuh saya selama beberapa tahun. Terima kasih juga untuk kak Maya dan masbro Aim juga kak Ebet, tiga orang saudara saya yang luar biasa. Untuk guru-guru saya dari SD sampai SMA. Untuk musyrifah-musyrifah saya, Ustadzah Reni (almh), Ummu Afiq, Ummu Rifa, Ummu Aqilah, Mb Lola, Mb Dina, Mb Afiqoh, Mb Hanifah, Bu Halimah. Untuk sahabat-sahabatku dalam perjuangan ini, Aoi, Mido, Chai, Fitri, Ipeh, Ami, Maryam. Untuk teman-teman halqoh, Mb Esty n Muthi. Untuk saudara-saudaraku para penduduk Khairunnisa 1453, Kanjeng Mami, Nurul, dek Epit. Untuk adik-adikku, Fima, Nikma, Icha, Andra, Putri, Ithoh, Amel, Fita, Nurus, Arin, Putri, dek Fitri. Untuk anak-anak Propaganda, uri Partner (Uchum), Yeni, Ocha, Titin. Untuk teman-teman MHTI Chapter UB. Untuk teman-teman seperjuangan dimanapun berada. Uhibbukum fillah <3

Keep on fight toward Islamic revolution!


Shelter, September 2nd 2014.
backsound : Big Bang-Still alive

Saturday, August 30, 2014

Pengalaman adalah Guru Terbaik

Seperti judulnya, ungkapan itu pasti udah terkenal banget buat yang dulu pas sekolah pernah belajar Bahasa Indonesia. Pengalaman mengajarkan seseorang tentang banyak hal yang belum tentu bisa ia dapatkan dimana saja ia inginkan. Seperti halnya yang saya alami.
Bulan November tahun lalu saya resmi dipindahkan di sektor dan tim lain meski masih dalam satu majal dakwah. Saya tidak menyangka akan dipindahkan di tim propaganda. Namun, setelah merasakan pengalaman dakwah dengan sasaran yang berbeda di tim tersebut, saya akhirnya terbiasa dengan suasananya. Setelah ini, saya pasti akan merindukan suasana rapat penuh imajinasi dan berbagai uslub dari adik-adik super. Saya juga akan merindukan keliling UKM se-universitas. Dari BEM fakultas sampai himpunan mahasiswa. Tidak hanya di dalam kampus, tapi juga di luar kampus. But, nothing last forever. Saya tidak selamanya di tim itu. Dan sekarang saya kembali di majal yang seharusnya saya berada. Tapi, saya tidak berharap kondisinya sama seperti saat saya meninggalkan tim saya yang lama. Saya tentu berharap semua akan lebih setelah saya kembali. Dan dengan pengalaman saya sebelumnya, saya berharap bisa mengubah tim lama saya ini menjadi lebih baik.
Saya akan merindukan kalian. Mbak Dina yang sekarang dapat amanah baru. Terima kasih untuk pengalamannya yang tidak terlupakan. Terima kasih untuk segala ilmunya. Jazakillahu khairan katsir, Mbak Din ^^ Tidak lupa untuk Kholish, meskipun tidak lama tapi banyak sekali memberi inspirasi terutama saat saya menuliskan sesuatu. Semua pasti setelah ngontak berdua sama Kholish :D Untuk uri Partner yang selalu bisa mengimbangi dengan bahasa yang ringan seperti kapas. Jazakillah untuk setiap keceriaan. You’re really a moodbooster ^^ Untuk Yeni, partnerku setiap hari Senin, jazakillah untuk aksimu yang gak pernah berhenti dan gak bisa diam, untuk cerita-cerita dan semua senyum yang pernah kita bagi (haha apaan sih?) plus duo Ocha-Titin yang selalu muncul dengan ide super imajinatif yang bikin saya gak pernah berhenti ketawa. I’ll gonna miss y’all.
Yang namanya obat akan lebih banyak yang pahit. Meski terkadang bisa manis. Tapi, bagaimana pun rasanya, biar cepat sembuh terkadang obat yang pahit itu dibutuhkan. Ungkapan lainnya, no pain no gain. Yah, mungkin untuk saat ini obat semacam itulah yang saya butuhkan untuk membuat saya lebih baik daripada sebelumnya. Belajar mencintai apa yang memang sudah diberikan olehNya, bukankah itu lebih baik daripada menyempitkan hati dengan selalu mencari jalan untuk melarikan diri? Ganbare!

Shelter, August 30th 2014. 08:50 PM.


Backsound : FT Island-Try Again

Friday, August 29, 2014

A Note For Grandma...



“Bijaksana bukan tentang usia, tapi tentang bagaimana mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup” (Siti Khadijah Nur Maryam)


Saya gak tau apa saya lagi mimpi atau masih mabok gara-gara jadi jadi alien setelah 8 jam di kamar. Yang jelas, saya ingin menulis ini. Saya ingin menulis tentang seseorang yang belum pernah saya temui. Tentang seseorang yang hanya saya dengan lewat cerita ibu saya. Tentang seseorang yang merindukan saya meskipun tidak pernah bertemu dengan saya. Dan saya tidak sadar sejak kapan saya mulai menyayanginya. 

Saya adalah orang yang cepat percaya terhadap sesuatu. Jika menurut saya itu logis dan saya anggap benar sehingga saya terkesan polos, lugu dan manutan *meskipun dari luar gak keliatan sama sekali :D* Makanya saat saya diberitahu kewajiban menurut aurat, saya hanya jawab iya dan saya laksanakan besoknya. Ketika diberitahu kewajiban mengkaji Islam dan berdakwah, saya jawab iya insya Allah saya siap dan saya berusaha melakukannya meskipun tantangannya tidak sedikit. Begitu pun ketika Allah memberikan janji yang mungkin sulit dimengerti di saat-saat sulit dan saya pun merasakannya.

Allah berfirman :
“Maka sesungguhnya setelah kesulitan, ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan” (Al Insyirah : 5-6) 

Saya seringkali dihadapkan pada kesulitan yang terkadang membuat saya kalap karena kurang sabar. Begitupun ketika saya harus menghadapi kenyataan pahit dalam keluarga saya di tahun kedua saya di universitas. Saya tidak hendak menyalahkan siapapun karena bukan saya satu-satunya yang mengalami ini. Orang terdekat saya pun ada yang mengalaminya dan mereka bisa tetap tersenyum. Namun, saya tidak pernah membayangkannya. Saya tidak pernah membayangkan kedua orang tua saya tidak lagi tinggal bersama. Saya tidak pernah membayangkan akan ada lelaki lain dalam hidup ibu saya selain Bapak dan Adik saya. Saya tidak pernah membayangkan semua itu. Karena saya sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. 

Cerai. Satu kata yang saya lontarkan kepada ibu saya setiap kali ibu saya curhat tentang keadaan rumah kepada saya melalui telepon. Saya tidak memikirkan apapun. Seperti buah simalakama. Jika dipertahankan semuanya akan lebih buruk. Dan betapa kacaunya kondisi psikologis kami waktu itu. Saya, Kakak dan Adik saya. Saya tidak membayangkan akan bisa melewatinya. 

Reaksi bermunculan dari semua pihak. Saya sudah mengira dan saya sudah bersiap-siap menghadapinya. Tapi, ternyata saya tidak sekuat harapan saya. Dan hanya Allah yang berhasil menguatkan harapan itu. 

Tahun 2013 orang tua saya resmi bercerai. Dan tidak lama setelah itu, ibu saya menikah lagi. Di sinilah episode selanjutnya. Yah, mau diapain juga, saya harus tetap ngadepin kan? Awalnya rada bingung juga sih, berasa jadi rebutan ortu. Udah gede gini tapi karena paling jarang pulang jadinya kalo di rumah udah kayak seleb, diserbu orang-orang dengan pertanyaan dari A-Z. Ini pulang kampung atau jumpa fans ya? :D

Tahun 2014 adalah kedua kalinya saya tidak pulang kampung saat Idul Fitri. Tahun ini juga adalah tahun pertama saya resmi memiliki keluarga tambahan. Keluarga Bapak, keluarga ibu dan keluarga suami ibu. Entah kenapa mereka begitu sayang pada kami. Saya cuma bisa melongo tiap kali ibunya suami ibu saya bilang kalo kami bertiga adalah cucunya meskipun kami bukan anak kandung anaknya. Sering beliau menasihati suami ibu saya untuk menyayangi kami seperti anaknya, menjaga keluarga dan menjadi kepala keluarga yang baik. Haha, dramatis. Tapi, mungkin itulah hal yang bisa diambil dari orang tua. Saya jadi ingat Kakek dari ibu. Banyak sekali hal yang bisa saya pelajari dari beliau meskipun sekarang saya udah nyaris lupa karena waktu itu saya masih kecil :D

Nenek. Beliau memang bukan nenek saya. Tapi, saya selalu merasa beliau tulus pada kami. Dan saya percaya beliau orang baik. Nenek adalah sosok yang penuh kasih sayang. Kenapa? Karena beliau yang membesarkan semua anak suaminya meskipun dengan istri yang berbeda. Ya, Nenek itu menikah tiga kali. Dengan suami pertama gak punya anak, dengan suami kedua juga tapi suaminya sudah pernah punya anak. Akhirnya Nenek yang mengasuh. Barulah pernikahan ketiga punya anak. Jadi bisa dibilang keluarga ketiga saya ini rame. 

Meskipun sekarang suasana keluarga saya belum bisa dibilang stabil, saya selalu berharap semoga suatu hari keadaannya akan membaik. Lebih baik dari sebelumnya. Life must go on. Karena waktu tidak pernah menunggu. Kita tidak bisa selamanya berada di titik yang sama. Ibu saya berhak bahagia. Dan jika memang dengan suami yang sekarang membuat Mama bahagia, saya hanya bisa mendukung dan mendoakan semoga tidak terulang lagi seperti yang sebelumnya. Semoga orang-orang bisa segera menerima kenyataan. 

Nenek, terima kasih untuk kasih sayangnya. Suatu saat saya ingin tau darimana kasih sayang itu Nenek peroleh. Kok banyak banget dan gak habis-habis sampe gak sempat lagi untuk membenci? Dan saya yakin, Nenek pasti pernah terluka. Semoga, saya segera bisa mendapatkan kasih sayang itu untuk saya bagi kepada orang lain. 

Miss you, grandma. Wish could meet you ^^
 
Shelter, August 19th 2014. 10:09 AM. Let’s deal with those all, Dit.

Episode; Aku dan Perang Mu'tah

Gak terasa udah tanggal udah hari Selasa aja. Udah dua hari sejak HUT Kemerdekaan RI. Haha, kenapa malah tiba-tiba bahas 17-an ya? Yah, mungkin karena emang masih hot *dari oven?*
Baiklah, daripada berlama-lama, saya mau refreshing. Kemarin berasa jadi alien. Hikikomori 8 jam di kamar. Sadar-sadar udah maghrib aja. Duduk nyari Kanji plus artinya sukses bikin kepala nge-dance *apaan sih?* Taihen da naa… But the day has over. Now, I have time to write, yeheet :D

Oke, kali ini saya mau cerita tentang apa yang saya kaji di halqah saya kemarin ba’da subuh. Ya, Daulah Islam. Kitab yang isinya tentang perjalanan Rasulullah mulai dari menjadi Rasul, membentuk kutlah, berdakwah, menegakkan Daulah Islam sampe keruntuhan Daulah Islam yang sekarang saya dan generasi Muslim hari ini merasakannya. Kacau-balau, porak-poranda, hancur-lebur. Tapi, gak tau apa Cuma saya dan segelintir orang yang ngerasain atau mungkin yang lain ada yang ngerasa tapi cuek aja, wallahu ‘alam

Pembahasan kemarin tentang Perang Mu’tah. Salah satu perang yang luar biasa diantara sekian banyak perang yang dilakukan kaum Muslimin selama penyebaran Islam. FYI, Islam disebarkan dengan dakwah dan jihad. Bentuk jihad yang dimaksud di sini adalah perang. Tapi, itu gak sembarang perang. So, jangan samain kayak Israel nge-bom Palestine. That’s a huge different, dude. Sip, now let’s back to the topic. Tadi cuma trivia aja. Kalo mau bahas lebih lanjut, bisa ketemu saya :D

Perang Mu’tah adalah perang pertama kaum Muslimin melawan penguasa luar negeri di luar Jazirah Arab. Sebelumnya, perang yang dilakukan kaum Muslimin melawan kabilah-kabilah di Jazirah Arab. Seperti namanya, perang ini terjadi di Mu’tah, wilayah Syam (sekarang Suriah). Waktu itu Syam di bawah kekuasaan Romawi. Perang ini terjadi di bulan Jumadil Awal tahun 8 Hijriyah. Satu lagi, ini adalah perang pertama yang tidak dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW.

Menurut saya pribadi, perang Mu’tah itu semacam Rectoverso-nya perang Uhud. Tapi, semoga ada istilah yang lebih bagus lagi. Dan perang ini sukses bikin saya nangis pas tau kisahnya. Meskipun di perang Uhud saya juga sedih tapi lebih banyak keselnya karena efek perang Uhud cukup bikin Rasulullah kewalahan untuk mengembalikan wibawa Daulah Islam dan kaum Muslimin. Saya juga akhirnya ingat kalo Mush’ab bin Umair meninggal di perang Uhud. Dan saya ngerasa katrok banget karena baru tau tentang perang ini soalnya dulu Cuma dapet cerita tentang perang Badar sama perang Uhud doang.

Sabda Rasulullah SAW yang paling bikin merinding di perang ini adalah setelah beliau menunjuk Zain bin Haritsah yang sudah seperti anak beliau sebagai panglima perang.
“Jika Zaid gugur, maka Ja’far bin Abi Thalib yang akan memimpin pasukan. Jika Ja’far gugur, maka Abdullah bin Rawahah yang akan memimpin pasukan”.

Ya Allah, itu udah kayak tanda aja kalo 3 panglima dari 3000 pahlawan terbaik kaum Muslimin itu bakalan gugur sebagai syuhada. Air mata saya langsung jatuh gitu aja meskipun udah susah payah saya tahan. Dan yang bikin saya tambah terkejut adalah turut sertanya Khalid bin Walid di perang ini. Bukan lagi sebagai musuh tetapi sebagai salah satu dari 3000 pahlawan terbaik kaum Muslimin. Keren kan? :D

Perang ini emang gak mudah karena kaum Muslimin harus melawan 200.000 total pasukan Romawi plus Heraklius. Kaum Muslimin awalnya mau ngirim surat ke Rasulullah tapi kemudian Abdullah bin Rawahah bilang, “Wahai kalian, sesungguhnya kita tidak memerangi mereka karena jumlah, tidak pula karena kekuatan, pun karena banyaknya. Tapi, kita memerangi mereka tidak lain karena agama ini yang dengannya Allah memuliakan kita. Maka, berangkatlah. Sungguh di sana akan kalian temukan, satu dari dua kebaikan, kemenangan atau syahid”. 

Akhirnya, kaum Muslimin berangkat. Tapi, karena pasukan yang sangat besar, tentu ini saat-saat yang sulit. Para panglima gugur sebagai syuhada. Terakhir, Panji diserahkan kepada Khalid bin Walid. Dengan strateginya, Khalid berhasil memukul mundur pasukan Romawi dengan memerintahkan membuat kamuflase debu seolah-olah pasukan kaum Muslimin bertambah jumlahnya. Hasil dari perang ini pun seri. 

Dari perang Mu’tah terlihat bagaimana loyalitas kaum Muslimin kepada Islam dan bagaimana loyalitas mereka kepada pemimpinnya. Terlihat pula keberanian para pasukan beserta yang melewati batas khayalan. Begitu pun para panglimanya, meski sudah dikabarkan syahid bahkan sebelum memulai peperangan, mereka tidak mundur selangkah pun. Bagi mereka, Surga adalah segalanya. Ridho Allah adalah cita-cita di atas cita-cita. 

Begitulah aktivitas sebuah Negara dengan tujuan yang jelas. Begitulah Islam mengajarkan kita. Meski sekarang opini tentang Khilafah terus diusahakan untuk redup oleh orang-orang kafir, tapi Allah tidak pernah tidur dan Allah tidak buta. Allah akan menjaga Islam lewat orang-orang yang Dia pilih yang lewat tangan mereka Islam akan kembali tegak. Is that you? Oh, no. That’s us! 

Last but not least, semoga kita termasuk di dalamnya. Generasi penjaga Islam terpercaya yang dicintai oleh Allah dan lewat tangan-tangan kita Allah memberikan pertolonganNya. Mari memantaskan diri and have a great day! 

Shelter, August 19th 2014. 09:26 AM. Try to love myself the way I am.

Monday, August 04, 2014

Percakapan; Passion

Saya       : Mbak, aku punya cita-cita dari dulu.
Mbak N   : Apa dek?
Saya       : Mau jadi Event Organizer untuk pernikahan Islami
Mbak N   : Wah, bagus tuh dek. Ntar kan sekalian memperkenalkan gimana itu pernikahan Islami.
Saya       : Iya, Mbak. Trus kan kalo Khilafah tegak jadi lebih gampang untuk sosialisasinya.
Mbak N   : Tapi, udah siap belum dek?
Saya       : Apa Mbak?
Mbak N   : Ya, modal dek. Kan itu butuh modal yang bisa dibilang gede. Gak cuma itu, anty (kamu) juga butuh partner.
Saya       : Iya sih, Mbak. Haha, aku mau nabung kalo gitu. Trus, partner? Maksudnya Mbak? Rekan kerja gitu? Nanti aku ajak si Maryam aja, Mbak.
Mbak N   : Ya elah dek, maksud Mbak itu anty harus punya suami. Gimana caranya mau sosialisasi pernikahan islami anty aja belum nikah?
Saya       : (ketawa) *skakmatdahgue* 
Percakapan ini adalah kisah nyata. Jika ada yang tersinggung, mohon maaf :)
*Ya udah deh, kalo gitu sekarang saya mau belajar jadi perancang pakaian muslimah yakni jilbab. Kan ada si Balgis. Gis, mau ya jadi modelku? Model Hijab A***A udah banyak. Mumpung aku lagi semangat nih :D*
Dua hal di atas hanyalah beberapa dari sekian banyak passion saya. Meskipun di luar saya terlihat boyish tapi sebenarnya saya masih normal kok. Saya perempuan tulen. Serius ^^ *cuma agak sedikit abnormal :p*

04082014. Masih dengan instrument kesayangan

Percakapan; Tak Cukup Sebuah Syukur

And when the time gets hard,
there’s no way to turn,
as He promises He will always be there
to bless us with His Love and His mercy

Pernah merasa jadi orang paling tidak beruntung? Saya pernah. 
Tidak hanya itu, saya pernah menyalahkan kenyataan, saya pernah menyalahkan seluruh dunia dan yang paling parah saya pernah menyalahkan keberadaan saya di dunia ini. 
Seperti sinetron? Memang. Tapi, itu nyata. 
Cukup lama saya beranggapan seperti itu hingga saat saya tersadar, saya akhirnya menyalahkan diri saya sendiri. Parah? Iya, sangat. 
Dan waktu mengajarkan banyak hal. Termasuk bagaimana saya menemukan cinta. Tidak terhitung berapa kali saya berusaha mendapatkan cinta dari orang lain hingga saya terlalu lelah untuk berusaha. 
Menjadi yang terbaik, menjadi no.1 agar terlihat oleh orang lain, berusaha menjadi teman yang baik, peduli, menyayangi. Menjadi anak yang patuh dan menurut. Namun, semua nihil. Semakin saya berusaha mencarinya, semua itu semakin menjauh dari saya. Dan hingga sekarang ikhlas dan sabar itu masih saya pelajari. 
Saya egois dan teramat posesif. Di satu sisi saya terlalu memikirkan perasaan orang lain, namun saya juga berhati-hati dan lebih sering melarikan diri untuk menyelamatkan perasaan saya. Dan pernah sekali saya tidak melihat orang terjahat di alam semesta selain diri saya. Tidak ada lagi yang lebih jahat daripada saya. Itu menurut saya. 
Allah SWT. Entah detik ke berapa saya baru menyadari keberadaanNya. Dan saat itu saya benar-benar merasa sangat jahat. Dialah satu-satunya. Satu-satunya yang mengawasi saya, melihat ke arah saya, mengasihi saya dan mengajari saya arti kehidupan serta bagaimana menjadi seorang manusia. 
Allah SWT. Saya baru tersadar bahwa yang membuat saya bisa survive hingga detik ini adalah Rahmat dan KasihNya. Bahkan saat saya tidak punya harapan sama sekali. Allah mengirimkan orang-orang baik untuk membantu saya bangkit dari keterpurukan. Tidak hanya itu, Allah mengizinkan saya untuk membenturkan sifat-sifat negatif saya dengan menghadirkan orang-orang lainnya untuk mengajari saya bagaimana mengontrol emosi dan ikhlas terhadap sesuatu. Setiap kali saya terbentur, Allah tidak meninggalkan saya. Tidak pernah sekalipun. Berapapun cinta yang saya beri, balasan bagi saya selalu lebih besar. 
Ya, Allah. Dialah Allah. Tuhan Semesta Alam. Jika masih banyak orang yang ingkar terhadapNya, namun cinta dan kasih untuk makhlukNya selalu lebih besar. Dialah pemilik nama Ar Rahmaan dan Ar  Rahiim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 
Hadiah terbesar dalam hidup saya diantara sekian banyak hal buruk yang saya dapatkan adalah menjadi bagian dari perjuangan dakwah melanjutkan kehidupan Islam dan berada di dalam jamaah yang hingga detik ini berjuang untuk tujuan itu. 
Dakwah ini mengajarkan saya menjadi seorang manusia yang berarti. Dakwah ini membawa saya dalam pertemuan dengan orang-orang luar biasa yang seringkali membuat saya iri dan merasa payah karena yang ujiannya lebih berat dari saya masih banyak. Dakwah ini juga yang membuat saya tidak pernah merasa sendirian dan kesepian meskipun saya berada jauh dari mereka. Dakwah ini yang membuat saya selalu merasa berada di rumah dengan keluarga.
Ya Allah, sekarang Hamba tau dimana titik terlemah Hamba. Dan tak cukup sebuah syukur atas seluruh pelajaran yang Engkau beri. Disaat seluruh dunia melihatku sebelah mata, Engkau percaya bahwa aku bukan orang biasa. Disaat dunia meninggalkanku, Engkau tetap di sana mengawasiku, melihatku tumbuh, memberikan cinta yang kubutuhkan, mengarahkan jalanku, menguatkan pijakanku, meneguhkan hatiku, dengan segala kerapuhan jiwa ini Engkau tak pernah lelah. Engkau selalu ada.
Hingga detik ini, Hamba masih belajar. Belajar untuk menaklukkan hawa nafsu Hamba. Belajar untuk menjadi yang terbaik di sisiMu. 
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Engkau, Ya Allah. 

Shelter, August 4th 2014. 08:49 AM. Start A New Episode